Manusia
Manusia bila dilihat dari sisi biologis ialah manusia dalam klasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin yang berarti “manusia yang tahu”), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dan dalam sisi rohani ialah mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dan dalam sisi kebudayaan ialah mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.
Bagi kebanyakan manusia, kerohanian dan agama memainkan peran utama dalam kehidupan mereka. Sering dalam konteks ini, manusia tersebut dianggap sebagai “orang manusia” terdiri dari sebuah tubuh, pikiran, dan juga sebuah roh atau jiwa yang kadang memiliki arti lebih daripada tubuh itu sendiri dan bahkan kematian. Seperti juga sering dikatakan bahwa jiwa (bukan otak ragawi) adalah letak sebenarnya dari kesadaran (meski tak ada perdebatan bahwa otak memiliki pengaruh penting terhadap kesadaran). Keberadaan jiwa manusia tak dibuktikan ataupun ditegaskan; konsep tersebut disetujui oleh sebagian orang dan ditolak oleh lainnya. Juga, yang menjadi perdebatan di antara organisasi agama adalah mengenai benar/tidaknya hewan memiliki jiwa; beberapa percaya mereka memilikinya, sementara lainnya percaya bahwa jiwa semata-mata hanya milik manusia, serta ada juga yang percaya akan jiwa kelompok yang diadakan oleh komunitas hewani dan bukanlah individu. Bagian ini akan merincikan bagaimana manusia diartikan dalam istilah kerohanian, serta beberapa cara bagaimana definisi ini dicerminkan melalui ritual dan agama.
PENGERTIAN PENDERITAAN
Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan dapat berupa penderitaan lahir atau batin atau lahir dan batin. Penderitaan termasuk realitas manusia dan dunia. Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat, ada yang berat, ada yang ringan. Namun peranan individu juga menentukan berat-tidaknya intensitas penderitaan. Suatu pristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit kembali bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan. Namun disisi lain penderitaan merupaka sebuah memori yang gelap sehingga memunculkan rasa sedih akan menahan sesuatu yang sangat bagi seseorang yang mengalami karena masalah seseorang selalu berbeda dan biasanya permasalah yang ada disesuaikan dengan orang tersebut ketika seseorang tidak bisa menahan saat itu seseorang merasakan penderitaan karena tidak bisa mengatasi.
SIKSAAN
Penyiksaan adalah praktek atau tindakan sengaja menimbulkan rasa sakit fisik yang parah dan mungkin cedera pada seseorang, meskipun penyiksaan psikologis dan hewan juga ada. Penyiksaan telah dilakukan atau disetujui oleh individu, kelompok dan negara sepanjang sejarah dari zaman kuno sampai modern, dan bentuk penyiksaan dapat sangat bervariasi dalam durasi dari hanya beberapa menit sampai beberapa hari atau bahkan lebih lama. Alasan penyiksaan dapat mencakup hukuman, balas dendam, politik pendidikan ulang, pencegahan, interogasi atau paksaan dari korban atau pihak ketiga, atau hanya kepuasan sadis dari mereka yang melaksanakan atau mengamati penyiksaan. Penyiksa mungkin atau mungkin tidak berniat untuk membunuh atau melukai korban, tapi kadang-kadang penyiksaan sengaja fatal dan dapat menyertai bentuk pembunuhan atau hukuman mati. Tujuannya juga mungkin untuk menimbulkan rasa sakit tetapi tanpa menyebabkan cedera fatal, atau kadang-kadang cedera sama sekali. Dalam kasus lain, penyiksa mungkin acuh tak acuh terhadap kondisi korban. Ada juga penyiksaan yang bisa berakibat fatal pada akhirnya, tetapi di mana upaya yang dilakukan tidak membunuh korban dengan cepat studi kasusuntukCONTOH KASUSmemperpanjang jangka waktu penderitaan.
Siksaan itu sendiri seperti luapan emosi akan masa lalu yang dirasakan atau sebuah tindakan akan mengatasi masalah itu, namun biasanya siksaan pada emosi layaknya gunung api yang menahan lava untuk keluar itu sebuah pengandaian yang terjadi dalam gejolak hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar