Selasa, 17 Maret 2020

Bidang Pertahanan Indonesia dengan Swedia

Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) RI Bagas Hapsoro mengutarakan hal tersebut pada wartawan di Media Indonesia Golda Eksa, setelah pertemuan dengan bilateral disertai Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu dan juga Menteri Pertahanan Swedia Carl Anders Peter Hultqvist di Stockholm, Swedia, Selasa (9/5) .
Menurut nya, sejak era 1980-an Kementerian Pertahanan RI pada masa itu telah membeli persenjataan dari Swedia, seperti artillery dan radar buatan Bofors .
Beberapa pengusaha pabrikan senjata asal Swedia pun juga masih saja mengutarakan keinginan untuk menambahkan pasokan perlengkapan militer dari Swedia ke Indonesia.
"Swedia siap memenuhi keinginan Indonesia dengan syarat yang ditentukan Indonesia, yakni adanya alih teknologi, kesediaan untuk memberikan produksi offset, dan penggunaan produksi lokal," ujar Bagas.
Indonesia dan Swedia pada masa ini dan masa lampau sejatinya tidak memiliki ikatan pakta yang sama dengan militer atau aliansi keamanan negara lain.
Meski begitu, kedua ini juga  aktif dalam menyelesaikan beberapa masalah seperti regional dan multilateral yang cenderung menjuru kearah mengancam stabilitas dan keamanan internasional.
Seperti, lokasi Swedia berdekatan dengan salah satu kekuatan adidaya.
Di sana banyak sekali provokasi yang sengaja dibuat kekuatan adidaya untuk menantang integritas teritorial dan kedaulatan Swedia adapun negara-negara Baltik.
Sementara itu, Indonesia memiliki lokasi yang sangat strategis di Asia Tenggara dan selama ini aktif dalam berbagai macam  isu di internasional dengan itu menghindari ancaman dan tantangan dengan menjaga stabilitas wilayah.
Bagas menjelaskan Indonesia berkomitmen untuk mulai memperbaiki dalam hal pengelolaan dan pembangunan di perbatasan di Indonesia.
Apalagi,  pada masa ini Indonesia yang memiliki 17 ribu pulau disertai garis pantai terpanjang kedua di dunia, yakni 91 ribu kilometer, tentu membutuhkan sistem pengawasan early warning yang andal.
Menhan Ryamizard Ryacudu dalam suatu lawatannya menegas niat dari pemerintah Indonesia untuk mengembangkan dan memajukan industri nasional, membangun suatu terobosan di bidang kedirgantaraan, disertai keamanan laut untuk memperkuat pertahanan maritim melalui beberapa kerja sama internasional.
"Apa yang dibicarakan dalam pertemuan bilateral ini adalah hal-hal yang akan dilakukan ke depannya bagi kedua negara. Semoga apa yang kita bahas bersama ini bisa segera terlaksana," terangnya.
Sebagai bentuk bukti keseriusan kerja sama itu, tambah Ryamizard, Kementerian Pertahanan pun membawa pimpinan perusahaan industri pertahanan lokal guna untuk delegasi ke Swedia, contohnya PT Pindad, PT PAL, PT Dirgantara Indonesia, PT LEN, dan PT Napindo.
Ryamizard menilai suatu hubungan kerja sama di bidang pertahanan antara Indonesia dan Swedia amat terasa semakin erat dan kokoh dikarenakan penandatanganan memorandum of understanding (MoU) di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, pada 20 Desember 2016.
Selain itu, Peter Hultqvist pun sempat mendeklarasi kerja sama yang disepakati yang perlu ditindaklanjuti oleh berbagai kegiatan bersama dan diskusi di tingkat teknis.
Beberapa poin kerja sama yang dibahas dalam MoU bidang pertahanan, seperti suatu pertukaran informasi dan best practice serta memajukan kerja sama antarlembaga disertai kerangka penelitian dengan pengembangan; pengembangan kerja sama di bidang industri pertahanan, included alih teknologi, penelitian bersama-sama, dan produksi pemasaran bersama; pengembangan dan juga peningkatan pelatihan dengan pendidikan pertahanan dan militer; pengembangan kerja sama dalam suatu bidang kesehatan militer dan pengembangan kerja sama antara bidang pasukan penjaga perdamaian di bawah bendera Perserikatan Bangsa-Bangsa.
"Selain membicarakan alih teknologi untuk Indonesia, pertemuan bilateral kali ini membahas isu lain yang menjadi concern bersama, yakni terorisme. Diharapkan, kedua pihak saling membagikan pengalaman dalam mengatasi terorisme serta perdamaian internasional." (Gol/P-3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar